Melia Famiola
Berdasarkan UNDP dalam laporannya terkait dengan Sustainable Development goals (SDGs), satu dari lima orang di dunia saat ini masih hidup dalam kelaparan. Dunia juga sedang menghadapi krisis masalah kesehatan dengan berbagai macam penyakit akibat perubahan iklim dan masalah lingkungan lainnya yang membutuhkan banyak potensi biotik untuk menjadi menangkarnya. Namun lahan subur dan lahan produktif saat ini terus berkurang karena sudah beralih fungsi menjadi pemukiman, gedung, dan jalan raya yang dibangun untuk menyokong hidup kita. Dunia saat ini berada pada saat yang sangat kritis untuk menjamin kelangsungan peradapan manusia. Oleh karena itu, mengembangkan bio-teknologi (bio-tek) diharapkan akan mememberikan lebih banyak peluang sumber pangan dunia dan juga sumber obat-obatan dunia saat itu. Tumbuhan bio-tek bahkan juga diharapkan dapat membantu sebagai sumber energi yang terbaharukan. Dalam 20 tahun terakhir sudah cukup banyak upaya untuk mengembangkan tanaman-taman bio tek. Disebutkan bahwa saat ini jumlah lahan tanaman bio tek dunia saat ini mencapai 2 miliar hektar atau setara dengan dua kali luasan total lahan di AS (937 juta hektar), yang tersebar di 28 negara. Dan majoritasnya berada di negara-negara berkembang, dengan lahan terluas ada di Brazil dan beberapa di Asia. Sebagai negara dengan kondisi alam yang mendukung serta kekayaan hayatinya yang sangat besar, harusnya Indonesia memiliki potensi bio-tek sangat tinggi. Dari sisi teknologi pengolahan, Indonesia juga tidak bisa dibilang tertinggal dalam hal ini. Sudah banyak hasil riset dan upaya untuk mengembangkan industry berbasis bio-tek ini dilakuknan, namun pada kenyataannya mengembangkan tanaman dan juga bisnis berbasis bio-tek masih banyak bicara pada tataran peluangnya, dan belum menyentuh pada aplikasi dan bangaimana mengembangkan pasar dan potensi usaha berbasis bio tek ini. Riset ini akan mencoba menganalisia tantangan Indonesia dalam mengembangkan bisnis berbasis bio-teknologi ini. Kami akan mengali segala sesuatu baik berupa peluang dan juga hambatan yang dihadapi pelaku usaha dan juga pengembang kebijakan di industry Bio tek Indonesia dengan menggunakan pendekatan Entrepreneurial Ecosystem yang dikembangkan oleh Bobson University. Pada prisipnya ada enam elemen yang akan dianalisis dengan pendekatan ini yaitu: 1) budaya yang konsisif; 2) kebijakan dan kepemimpinan dalam pengembangan kewiarausahaan; 3) sumber dan peluang pendanaan; 4) kualitas sumber daya manusia; 5) kondisi pasar; 6) infrastruktur-infrastruktur pendekung lainnya. Enam elemen tersebut akan kami gali secara mendalam untuk melihat kondisi rill bisnis berbasis bio-tek di Indonesia, baik berupa hal pendukung tumbuh kembangan bisnis berbasis biotek ini, maupun hal-hal yang masih menjadi kendala kenapa bisnis berbasis bio tek ini masih belum bisa menjadi salah satu peluang bisnis masa depan di Indonesia . Dengan meggunakan pendekatan entrepereneurial ecosystem maka akan banyak hal bisa kami kembangkan untuk memahami karakters industri berbasis bio-tek ini baik berimplikasi pada pengembangan teori atau pun pada prakteknya. Secara teori, pendekatan entrepreneurial ecosystem mensuport untuk pengembangan teori-teori dalam hal memahami karaktek industri berbasis bio-tek, khususnya bagaimana mengelola sosial-sosial isu yang mempengaruhi tumbuh kembang bisnis ini, karena banyak perhatian yang diberikan untuk menjalaskan karakteristik bisnsi berbasis bio-tek ini. Secara praktek, kami berharap dengan memahami kondisi rill ekosistem bisnis berbasis bio-tek ini di Indonesia, maka akan lebih mudah kita memahami celah kosong yang belum bisa dikembangkan oleh pengambil kebijakan, pemerhati dan pelaku bisnis utuk mengisi celah-celah kosong tersebut dengan aktifitas atau program yang tepat guna, sehingga industry bio tek ini bisa berkembang dengan baik.
Publikasi di jurnal internasional terindeks Scopus (Q4)