Heni Rachmawati
Pemanfaatan bahan alam sebagai adjuvant dan bahkan alternatif berbagai macam penyakit kronis telah mulai dilakukan oleh berbagai kalangan peneliti. Oleh karena penyakit kronis membutuhkan pengobatan jangka panjang, maka penggunaan bahan alam yang sudah terbukti keamanannya merupakan hal penting dan mulai dilirik oleh kalangan medis dan industri farmasi. Kurkumin sudah sejak lama digunakan untuk pengobatan berbagai penyakit kronis, baik sebagai terapi tunggal maupun kombinasi dengan senyawa aktif lain. Kurkumin merupakan senyawa polifenol dari tumbuhan Kunyit (Curcuma longa) telah terbukti memiliki aktivitas sebagai antioksidan, antiinflamasi, antijamur, hepatoprotektor, dan anti kanker. Kurkumin memiliki ketersediaan hayati yang sangat rendah. Kurkumin bersifat hidrofobik sehingga sukar larut dalam air pada pH asam atau netral, selain itu kurkumin juga mengalami metabolisme yang cepat di saluran cerna dan di hati menjadi beberapa turunannya (di-, tetra-, heksa- hidrokurkumin, dan heksahidrkurkuminol), glukuronida, dan konjugat sulfat yang menyebabkan ketersediaan hayati kurkumin menurun cepat dan berpengaruh pada daya kerjanya. Semua kelemahan ini menyebabkan perlunya dosis yang besar dalam penggunaan kurkumin untuk mencapai konsentrasi pada plasma yang dibutuhkan agar dapat menghasilkan efek terapetik yang diinginkan. Maka dari itu, diperlukan adanya pengembangan bentuk sediaan yang tepar untuk meningkatkan ketersediaan hayati kurkumin sehingga dapat menurunkan dosis pemakaiannya. Pada penelitian ini akan dikembangkan berbagai sistem pembawa berbasis nano untuk kurkumin dan kemungkinan senyawa aktif lain. Berbagai parameter proses dan formulasi akan dilakukan untuk mendapatkan sistem yang optimum melalui serangkaian evaluasi baik fisik, kimia maupun aktivitasnya secara in vitro menggunakan lini sel yang memodelkan kondisi klinis. Kajian mekanisme kerja akan difokuskan pada interaksi dari sistem pembawa nano pada sel target. Selain itu akan dikaji mekanisme pelepasan senyawa aktif yang terenkapsulasi dalam sistem pembawa nano di dalam sistem biologi dan setelah mencapai sel target. Bagaimana sistem pembawa nano dan senyawa aktif mengalami internalisasi ke dalam sel juga akan dikaji, menggunakan berbagai metode canggih seperti Atomic Force Microscopy, Confocal microscopy dan teknik pendukung lainnya (immunostaining, Flow cytometry). Penelitian ini akan merupakan terobosan baru yang sangat bermanfaat dalam mengungkap misteri dan nasib suatu sediaan nanomedisin di dalam tubuh, dan berpotensi untuk dijadikan paten. Penelitian ini akan bekerja sama dengan pusat penelitian nanomedisin di Jepang (iCONM = innovation Center of NanoMedicine, Kawasaki Jepang), yang mempunyai fasilitas penelitian bidang nanomedisin sangat canggih dengan teknologi mutahir. Semua fasilitas penelitian berada pada satu kawasan industri di daerah Kawasaki. Adanya kerja sama yang saling menguntungkan ini diharapkan akan menghasilkan publikasi pada jurnal internasional bereputasi tinggi (Q1) serta menjamin keberlangsungan kerja sama antara iCONM dengan ITB pada bidang terkait.