Emir Mauludi Husni
Indonesia merupakan negara maritim terbesar di dunia dengan memiliki kurang lebih 17.850 pulau dan jumlah penduduk sebanyak 237 juta jiwa. Oleh karena itu, Indonesia sangat membutuhkan teknologi satelit karena setidaknya ada tiga hal mendasar yang memberikan keuntungan bagi Indonesia. Yang pertama, sebagai infrastruktur komunikasi yang menyatukan komunikasi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Yang kedua, sebagai katalis perkembangan ekonomi Indonesia, dan yang ketiga sebagai pemicu semangat masyarakat indonesia untuk dapat secara mandiri menguasai teknologi khususnya teknologi satelit. Pemerintah Indonesia memulai perkembangan teknologi satelit di Indonesia dengan mendeklarasikan program satelit PALAPA pada Februari 1975 [1]. Program tersebut mengukuhkan Indonesia menjadi salah satu negara berkembang pertama di dunia yang menggunakan teknologi satelit untuk keperluan komunikasi nasional. Tujuan umumnya ialah menyatukan komunikasi Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Indonesia juga berada pada daerah Ring of Fire sehingga rawan terjadinya bencana alam. Untuk itu dibutuhkan alat komunikasi handal yang dapat menghubungkan komunikasi dari satu pulau ke pulau lainnya. Dengan adanya teknologi satelit, sambungan internet sebagai sarana informasi, sambungan telepon jarak jauh untuk komunikasi suara, dan telemedicine sebagai sarana kesehatan untuk wilayah terpencil dapat dilakukan dengan baik. Pada penelitian sebelumnya, kami telah menghasilkan satellite payload untuk layanan Automatic Identification System (AIS). Sistem AIS berfungsi untuk memantau pergerakan kapal, kargo, fasilitas militer dan industri bahkan untuk personal tracking menggunakan satelit CubeSat. AIS satellite payload ini akan ditumpangkan pada jenis satelit CubeSat berukuran 10cm x 10cm x 20cm dengan orbit: low-earth orbit pada ketinggian sekitar 500-850 kilometer. Pada penelitian lainnya, kami sedang membangun satelit CubeSat untuk keperluan AIS tersebut di atas. Laboratory of Spacecraft Environment Interaction Engineering di bawah Prof. Mengu Cho, Ph.D., Kyushu Institute of Technology memiliki Center for Nano Satellite Testing yang khusus melakukan ujicoba lengkap untuk satelit Nano atau CubeSat. Laboratorium ini telah meluncurkan dan mengoperasikan banyak CubeSat sampai saat ini. Sehingga sangat cocok untuk menjadi rujukan dan mitra dalam kolaborasi riset satelit CubeSat. Proposal ini bertujuan mendesain sistem konstelasi satelit CubeSat untuk layanan Automatic Identification System (AIS). Satelit AIS ini memiliki orbit: low-earth orbit pada ketinggian sekitar 500-850 kilometer di atas garis khatulistiwa. Pada ketinggian tersebut, satelit akan memiliki periode orbit sekitar 100 menit dan idealnya diperlukan paling sedikit 8 satelit pada orbit yang sama supaya layanan AIS dapat berlangsung tanpa jeda di Indonesia. Penelitian ini akan mendesain protokol inter-satellite link guna mengendalikan posisi masing-masing satelit dan desain platform untuk satelit CubeSat dengan teknologi terkini. Juga kami akan melakukan ujicoba AIS receiver untuk satelit yang telah kami hasilkan. Target keluaran dari penelitian ini adalah satu artikel pada jurnal jurnal internasional terindeks scopus, desain protokol inter-satellite link dan desain platform untuk satelit CubeSat dengan teknologi terkini. Selain itu, kunjungan pada penelitian ini akan membuat jaringan untuk program magister bidang satelit. Kyushu Institute of Technology memiliki program magister dalam spacecraft engineering.