Sudrajati
Produk yang dihasilkan oleh Indonesia memiliki daya saing yang rendah dibandingkan produk dari negara ASEAN lainnya, terutama produk manufaktur. Hal tersebut berdasarkan pada hasil analisis Revealed Comparative Advantage (RCA) yang dilakukan oleh Ditjen Kerjasama Industri Internasional (KII) Kementerian Perindustrian (Kemenperin). Data yang digunakan dalam analisis adalah data-data hasil pantauan Industrial Resilience Information System (IRIS). Data ini sekaligus sebagai acuan early warning system (EWS) terhadap barang-barang impor asal ASEAN yang masuk ke pasar domestik (Kementerian Perindustrian, 2016). Strategi yang ditempuh Kemenperin untuk mencapai target pertumbuhan industri nasional adalah dengan mengembangkan industri hulu dan industri antara berbasis sumber daya alam, mengendalikan ekspor bahan mentah dan sumber energi, mengembangkan Wilayah Pengembangan Industri (WPI), Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri (WPPI), Kawasan Industri (KI), dan Sentra Industri Kecil dan Menengah, serta menyediakan langkah-langkah afirmatif berupa perumusan kebijakan, penguatan kapasitas kelembagaan dan pemberian fasilitas kepada industri kecil dan menengah, dan meningkatkan penguasaan teknologi dan kualitas sumber daya manusia (SDM) industri (Media Industri, 2015). ITB yang telah mendeklarasikan diri sebagai Entrepreneurial University sudah selayaknya ikut berperan aktif di dalam peningkatan kualitas SDM yang dapat pencipta bisnis berbasis teknologi. Bisnis berbasis teknologi harus didasari oleh riset yang kuat. Universitas harus mengembangkan pendidikan berdasarkan riset yang dilakukan dosen-dosennya. Seiring dengan Rencana Induk Riset Nasional 2015-2035, maka Bidang Fokus atau Prioritas Riset Nasional 2015-2019 adalah yaitu: 1) Ketahanan Pangan, 2) Energi baru dan terbarukan, 3) Kesehatan dan obat, 4) Transportasi, 5) TIK, 6) Teknologi pertahanan dan keamanan, 7) Material maju. Menurut RENIP ITB 2006-2015, maka riset inovasi ITB mengutamakan klaster-klaster berikut dengan tidak menutup potensi inovasi yang lain. Kalster tersebut yaitu: 1) Klaster energi dan lingkungan,, 2) Klaster kesehatan, pangan, dan ilmu hayati, 3) Klaster transportasi dan infrastruktur, 4) Klaster Industri Kreatif dan TIK. Di ITB terdapat 100 Kelompok Keilmuan yang tersebar di 12 Fakultas/Sekolah. Dengan demikian, ITB memiliki potensi yang besar untuk memiliki dosen, mahasiswa, dan lulusan yang memiliki karya yang memungkinkan untuk dihilirisasi dan dikomersialkan. Selain itu, dosen, mahasiswa, dan lulusan dimungkinkan telah dan sedang menjalankan bisnis berbasis teknologi, baik yang start-up maupun yang telah berkembang. Riset ini bertujuan untuk memetakan start-up business berbasis teknologi yang eksis, dan yang potensial dihasilkan oleh Program studi yang ada di ITB, dan selanjutnya merumuskan model start-up business yang tepat dikembangkan.
Publikasi di jurnal internasional terindeks Scopus (Q4)