Muhammad Yusuf Abduh
Budidaya black soldier fly larvae (BSFL) merupakan alternatif solusi yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah limbah yang terjadi di Indonesia. Pemanfaatan larva BSF sebagai agen pendegradasi limbah juga dapat menghasilkan produk samping yang bernilai tinggi, yaitu pupuk organik, pupuk cair, dan biomassa kaya protein dan lemak yang dapat dijadikan pakan unggas. Kandungan protein dan lemak pada BSFL berturut-turut dapat mencapai 30-50% dan 20-30%. Masalah yang seringkali ditemukan pada budidaya BSFL adalah lingkungan yang tidak terkontrol sehingga menyebabkan besar massa larva tidak seragam dan kurang praktis karena membutuhkan lahan yang luas. SALAM (Sarang Lalat Modular) didesain dengan dimensi ruang-efektif agar dapat diaplikasikan pada skala rumah tangga sehingga mengakomodasi kebutuhan terhadap pengolahan limbah organik dapur. Pada tahun 2019, SALAM V.1 sudah berhasil dibuat dan memiliki 4 bagian modular untuk mewadahi 1 fase dalam siklus hidup BSF, yaitu Sel Produksi Telur (SPT), Sel Produksi Larva (SPL), Sel Sampah Organik (SSO), dan Sel Pupa (SP). Dimensi SALAM V.1 sebesar 40 x 40 x 82 cm dan terdiri dari sensor suhu dan kelembaban untuk membuat sistem budidaya terkontrol. Implementasi sensor suhu dan kelembaban serta uji coba budidaya pada SPL juga sudah dilakukan untuk menghasilkan larva berkualitas protein tinggi (Abduh et al. 2017; Abduh et al., 2018; Firmansyah dan Abduh, 2019). Akan tetapi, SALAM V.1 masih memiliki kekurangan dari segi dimensi serta implementasi sensor dan antar muka. Hal ini merupakan latar belakang pengembangan SALAM V.2 untuk melakukan perbaikan dan optimasi dimensi serta implementasi sensor dan sistem kontrol. Optimasi yang dilakukan adalah perubahan dimensi SALAM V.2 serta implementasi sensor dan sistem kontrol pada setiap bagian modular. Perubahan dimensi dapat dilakukan dengan mengeliminasi SSO yang pada praktiknya kurang diperlukan. Selain itu, adanya pipa migrasi digantikan dengan ram migrasi yang merupakan bagian dari SPL sehingga dimensi dapat diperkecil. Implementasi sensor dan kontrol juga akan dilakukan pada setiap bagian modular dari SALAM V.2. Saat ini, sistem sensor dan kontrol yang akan diimplementasikan sudah mampu terhubung dan mengirimkan data lingkungan SALAM ke platform antarmuka internet of things (IoT) Thingsboard. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar dari penerapan teknologi IoT pada budidaya BSFL dalam skala rumah tangga dan pemanfaatan BSFL sebagai bahan campuran pakan unggas untuk pemberdayaan ekonomi skala rumah tangga. Saat ini, desain purwarupa dan antarmuka SALAM V.2 sudah mencapai 80% dengan projeksi penyelesaian prototipe pada bulan Juni, 2020. Kondisi optimal budidaya larva untuk menghasilkan bioproduk (larva kaya protein dan pupuk organik) berkualitas tinggi sudah 80% diketahui. Target yang akan dicapai pada usulan riset ini adalah publikasi internasional dan purwarupa SALAM yang disempurnakan serta biomassa tinggi protein. Untuk mencapai target tersebut, konstruksi purwarupa meliputi rangkaian dan instalasi sensor serta pemprograman antarmuka pada SALAM V.2 merupakan hal yang pertama dilakukan diikuti oleh uji coba budidaya pada SALAM V.2 dan penentuan kondisi optimal budidaya untuk menghasilkan biomassa tinggi protein. Larva hasil variasi kondisi budidaya akan dianalisis secara proksimat untuk menentukan pengaruh kondisi budidaya terhadap kandungan protein dan lemak. Keseluruhan usulan riset membutuhkan dana sebesar Rp 100.000.000 dan jangka waktu sepuluh bulan.