Digitalisasi, Kreativitas dan Kewirausahaan Perdesaan: Perspektif Pengembangan Wilayah di Indonesia
Nama Peneliti (Ketua Tim)

Fikri Zul Fahmi



Ringkasan Kegiatan

Penelitian internasional ini memfasilitasi dan memanfaatkan lebih lanjut penelitian yang telah dan sedang dilaksanakan oleh Dr. Fikri Zul Fahmi beberapa tahun terakhir mengenai kewirausahaan, industri kreatif dan pengembangan perdesaan dan daerah tertinggal (PDUPT Kemristekdikti, 2018-2019), transformasi perdesaan (rural-urban) dan subjective wellbeing (P3MI KK PWD 2017-2019). Partner di University of Groningen, Dr. Sierdjan Koster, saat ini juga sedang memfokuskan risetnya terhadap pengaruh automasi terhadap pasar tenaga kerja wilayah. Kedekatan minat riset ini dapat disinkronisasi, sehingga dapat mempertahankan kolaborasi riset dan pendidikan antara SAPPK ITB dengan Faculty of Spatial Sciences, University of Groningen yang telah berlangsung sejak 2002. Topik penelitian yang diambil terkait dengan peran digitalisasi terhadap kewirausahaan perdesaan dalam konteks era transformasi dan digitalisasi. Pada saat ini, transformasi perdesaan berpotensi didorong dan dipercepat oleh perkembangan digital, yang memungkinkan penetrasi informasi dan pengetahuan baru dan tumbuhnya sektor-sektor ekonomi baru, termasuk industri kreatif dan budaya (Fahmi, Koster & Van Dijk, 2016; Fahmi & Sari, 2018). Digitalisasi mendorong inovasi dan penciptaan nilai dan peningkatan produktivitas (Hadida & Paris, 2013). Kendati demikian, untuk konteks Indonesia, seperti di negara berkembang lain, masih menjadi pertanyaan bagaimana digitalisasi ini memberikan manfaat kepada proses dan outcome kewirausahaan di perdesaan. Hal ini utamanya berkaitan dengan dua hal. Pertama, karakteristik kewirausahaan di negara berkembang, dan terlebih di perdesaan, memiliki karakteristik yang khas, yakni necessity-based entrepreneurship (Singer et al., 2015), dimana seringkali tidak jelas apakah inovasi menjadi bagian dari praktik kewirausahaannya dan begitu juga sejauh mana wirausahawan ini berorientasi untuk mencari kesempatan baru dan mengambil risiko untuk mengembangkan usahanya. Kedua, setiap individu dan kelompok sosial memiliki kondisi yang berbeda sehingga belum tentu memiliki kemampuan dan faktor pendukung yang memungkinannya menggunakan kesempatan yang tersedia dengan perkembangan teknologi digital tersebut. Penelitian ini menekankan pada pengembangan teori yakni dengan tujuan untuk mengidentifikasi bagaimana digitalisasi memengaruhi entrepeneurial attitude di perdesaan. Penelitian ini mencakup analisis pada kapabilitas dan faktor pendukung (conversion factor) literasi digital serta perubahan perilaku merekognisi kesempatan (opportunity recognition) secara kreatif dan mengambil risiko (risk taking) dalam mengembangkan usahanya dengan adanya perkembangan teknologi digital di perdesaan. Terkait dengan isu ini, dengan menggunakan pendekatan kapabilitas (capability approach) oleh Sen (1985, 2001) dan Nusbaum (2000) dapat dipahami bagaimana keragaman kondisi pada tingkat individu mempengaruhi sejauh mana digitalisasi dapat bermanfaat untuk kewirausahaannya. Studi kasus ganda dilakukan untuk mempelajari hal ini pada desa Nglanggeran dan Kepek (Kab. Gunungkidul) serta Kaliabu (Magelang), mempertimbangkan perbedaan konteks transformasi dan sektor ekonomi yang berbeda, sehingga dapat dikontrol bagaimana perbedaan ini berimplikasi terhadap peran digitalisasi yang diteliti. Data kualitatif berupa wawancara mendalam yang merupakan hasil penelitian beberapa tahun terakhir akan digunakan dengan memperhatikan etika riset yang berlaku, sehingga dampaknya akan maksimal. Penelitian ini direncanakan menghasilkan satu artikel pada Journal of Rural Studies (Q1, IF=3.301) dengan waktu kunjungan direncanakan pada bulan Juni-Juli 2020.



Capaian