Dr. Albertus Deliar ST,MT
Salah satu cara mengenal dan memahami fenomena perubahan lahan dapat didekati melalui bentuk pemodelan. Model perubahan lahan merupakan alat yang digunakan untuk mendukung analisis penyebab dan akibat dari perubahan lahan, untuk lebih mengerti fungsi-fungsi sistem lahan dan juga untuk mendukung perencanaan dan kebijakan penggunaan lahan (Verburg dkk, 2004). Meskipun berbagai pemodelan tersebut bertujuan sama, namun faktor lokasi dan waktu turut menentukan hasil penelitian yang dilakukan. Hal ini terkait dengan karakteristik manusia (kebiasaan/cara hidup) dan kondisi lokasi di setiap daerah/kawasan yang memiliki ciri berbeda-beda dalam melakukan perubahan lahan, terutama dalam kegiatan pemenuhan kebutuhan hidupnya (Veldkamp dan Lambin, 2001 dalam Lambin, 2004). Beberapa model prediksi perubahan tutupan lahan sudah diupayakan untuk dikembangkan, dalam hal ini untuk Jawa Barat dan Wilayah Bandung (Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Bandung Barat). Pengembangan model tersebut meliputi pengembangan metode, prosedur, dan/atau karakteristik pendorong perubahan tutupan lahan. Dari pengembangan model tersebut, hasil ketepatan prediksi bervariasi dari ±40% sampai ±70% (Qonita dkk, 2019; Qonita, dkk, 2018; Virtriana dkk, 2017; Ainiyah dkk, 2016; Virtriana 2013; Deliar dkk, 2012). Hal ini menunjukkan masih diperlukannya pengembangan model lebih lanjut, baik dari segi metode, prosedur, dan/atau parameter lainnya, sehingga diperoleh hasil maksimal yang sesuai dengan karakteristik wilayah kajian. Dari beberapa fokus penelitian, model ditujukan pada prediksi perubahan tutupan lahan di suatu wilayah kajian dengan menggunakan faktor-faktor yang bersifat global. Makna global disini secara tidak langsung menyiratkan bahwa faktor-faktor pendorong perubahan tutupan lahan memiliki potensi pengaruh yang sama besar untuk seluruh wilayah kajian (global factors). Kondisi ini perlu dikaji lebih lanjut karena tidak semua faktor pendorong perubahan tutupan lahan memiliki pengaruh yang sama untuk setiap lokasi (local factors) di wilayah pengamatan. Oleh karena itu, hal yang perlu dikaji lebih lanjut (dan sebagai keberlanjutan penelitian 2019) ialah menganalisis komponen utama dari faktor-faktor pendorong sesuai karakteristik zonasi (kluster spasial) perubahan tutupan lahan di Provinsi Jawa Barat. Terdapat banyak faktor yang terkait dengan perubahan tutupan lahan yang berlaku secara global sesuai model Logistik Regresi Biner yang dikembangkan secara spasial untuk Provinsi Jawa Barat (hasil penelitian 2018). Di sisi lain, pola spasial perubahan tutupan lahan yang berbentuk kluster (hasil penelitian 2019) menunjukkan adanya kemungkinan jenis dan besarnya faktor-faktor tersebut berbeda di setiap zona. Kondisi ini menyiratkan adanya preferensi tertentu sebagai karakteristik lokal yang mendorong terjadinya perubahan tutupan lahan. Keinginan tersebut tidak berbasiskan wilayah administrasi tetapi diduga adnya daya tarik tertentu. Bahkan preferensi ini dapat saja berubah sejalan dengan waktu. Mengacu pada penjelasan tersebut maka penelitian ini ditujukan untuk menganalisis jenis dan besaran faktor-faktor pendorong utama berdasarkan kluster perubahan tutupan lahan di Jawa Barat. Analisis ini didasari juga terhadap beberapa waktu yang berbeda sehingga dapat diketahui karakter lokal dari pendorong tersebut di setiap lokasi. Diharapkan hasil penelitian ini dapat meningkatkan model prediksi perubahan tutupan lahan yang sudah dikembangkan sebelumnya untuk Jawa Barat. Pada hasil-hasil penelitian sebelumnya telah diperoleh antar lain: model prediksi, beberapa faktor pendorongnya yang bersifat global, dan metode kluster spasial untuk menentukan zonasi perubahan.
a. Dihasilkannya 1 (satu) jurnal internasional terindeks (Scopus Q2).