Perjalanan Perempuan Arsitek Indonesia dalam Pameran dan Penelitian Arsitektur ITB

Pameran hasil riset BTHF 2022
Transoceanic Disclose:
Weaving Architectural [Her]Stories
Women’s Contribution Toward Indonesian Cities Architecture, Design, and Planning During the Nation Independence Era

JADWAL PAMERAN:

CAMPUS CENTER TIMUR ITB (CC TIMUR) BANDUNG:
Jl. II, Lb. Siliwangi, Kecamatan Coblong, Kota Bandung, Jawa Barat 40132
22 AGUSTUS - 6 SEPTEMBER 2024

JOGJA NATIONAL MUSEUM (JNM) BLOC YOGYAKARTA
Jl. Prof. DR. Ki Amri Yahya No.1, Pakuncen, Wirobrajan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55167
10-20 OKTOBER 2024

JAKARTA DESIGN CENTER (JDC) JAKARTA: 
Jl. Gatot Subroto No.53, RT.10/RW.6, Petamburan, Kecamatan Tanah Abang, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10260
NOVEMBER 2024

Pameran ini telah berlangsung pada tanggal 22 Agustus-6 September 2024 di CC TIMUR ITB dengan menampilkan profil perjalanan 12 perempuan arsitek Indonesia yang menempuh pendidikan di Institut Teknologi Bandung (ITB) dan lulus pada tiga dekade pertama setelah kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945. Mereka adalah:

1. Doddy Zartini Zahar
Lahir: Bogor, 18 Maret 1935 - Jakarta, 9 Februari 2015
Pendidikan: 1954-1962 Arsitektur ITB (S1)

2. Kadarwati Soetomo
Lahir: Garut, 2 Januari 1934 - Tangerang Selatan, 16 Oktober 2019
Pendidikan: 1953-1963 Arsitektur ITB (S1)

3. Roendarijah Soeparto
Lahir: Probolinggo, 13 Mei 1933
Pendidikan: 1954-1963 Arsitektur ITB (S1)

4. Siti Oetamini
Lahir: Aceh, 5 November 1936
Pendidikan: 1956-1965 Arsitektur ITB (S1)

5. Susantiah Mukadis
Lahir: Jakarta, 10 Juli 1938
Pendidikan: 1957-1966 Arsitektur ITB (S1)

6. Wahyuningsih
Lahir: Yogyakarta, 28 Oktober 1937
Pendidikan: 1957-1968 Arsitektur ITB (S1)
1988-2022: Teknik Lingkungan Universitas Indonesia (S2)

7. Tuti Purwani Dipokusumo
Lahir: Surabaya, 12 Maret 1941
Pendidikan: 1959-1967 Arsitektur ITB (S1)
2001-2003: Psikologi Universitas Indonesia (S2)

8. Budhy Tjahjati
Lahir: Purwokerto, 18 Mei 1941-Bandung, September 2017
Pendidikan:
1959-1961: Arsitektur ITB
1961-1970: Planologi ITB
1972-1973: City Planning, University of Harvard (S2)
1982: Urban Transportation and Planning, Massachusetts Institute of Technology (S3)

9. Sri Rahayu
Lahir: Purworejo, 7 Oktober 1944
Pendidikan:
1962-1971: Arsitektur ITB (S1)
1988-1980: Arsitektur ITB (S2)
1997-2004: Arsitektur ITB (S3)

10. Harastoeti Dibyo
Lahir: Cianjur 4 Februari 1944-14 Desember 2022
Pendidikan:
1962-1972 Arsitektur ITB (S1)
1986 Arsitektur ITB (S2)
2005 Arsitektur ITB (S3)

11. Irmawati
Lahir: Bandung, 30 Agustus 1944
Pendidikan:
1962-1966 Arsitektur ITB (P2)
1967-1975 Arsitektur Universitas Indonesia (S1)

12. Aristiana A.A.R.
Lahir: Malang, 18 Juli 1945
Pendidikan: 1962-1971 Arsitektur ITB (S1)

Nama-nama ini ditemukan melalui arsip, cerita, dan majalah yang tersebar di Indonesia dan Belanda. Melalui penelitian yang melelahkan, pengunjung diajak untuk menyelami kisah-kisah mereka sebagai perempuan yang berjuang di masa sulit pasca kemerdekaan Indonesia. Pameran ini menekankan pengalaman para perempuan yang tidak hanya bertahan, tetapi juga memberikan kontribusi besar dalam pembangunan dan perencanaan masa depan yang lebih egaliter. Meskipun mereka menghadapi berbagai tantangan yang berbeda dari generasi mereka, para perempuan ini aktif melampaui batasan-batasan sosial yang seringkali menutup peluang bagi perempuan pada masa itu. Mereka memainkan peran penting dalam menjaga negara dan lingkungan yang terus berkembang.

Pameran ini secara rinci menampilkan profil serta karya 12 perempuan ini yang terlibat dalam perencanaan dan pembangunan Indonesia pasca kemerdekaan. Dengan menghadirkan biografi yang berfokus pada pendidikan dan karier mereka, pameran ini menyuarakan kisah hidup serta pencapaian profesional mereka, baik di sektor swasta maupun publik. Beberapa dari mereka berperan dalam desain arsitektur, sementara yang lain terlibat dalam kegiatan akademis seperti mengajar. Potret-potret mereka tidak hanya menjadi simbol perjalanan sejarah feminisme dalam arsitektur, tetapi juga menambah keragaman cara berpikir dalam bidang tersebut.

Selain memberikan penghormatan kepada perempuan arsitek Indonesia, pameran ini juga menyoroti proses pembangunan lintas negara, terutama antara Indonesia dan Belanda. Kolaborasi ini mencerminkan perubahan-perubahan signifikan dalam bidang politik dan sosial, baik di tingkat lokal maupun internasional. Proyek-proyek besar mereka disajikan secara individual, namun semua itu berkontribusi pada pembangunan kolaboratif yang memiliki dampak luas.

Proyek ini juga bertujuan untuk memperkuat kolaborasi antara para peneliti dan seniman dari Indonesia dan Belanda. Pameran ini didukung oleh berbagai kolaborator, mulai dari seniman, desainer, hingga arsitek yang bekerja di Bandung, serta kolaborator dari Belanda seperti Fitti Misarya, Pratiwi Djaj Kusnohardjono, Leyla Awyishuriatna, Adena Septi Yoswara, dan Wesker Kruis. Selain itu, program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) berbasis proyek berkelanjutan juga mendukung pertumbuhan penelitian di masa depan.

Sebagai hasil dari kolaborasi lintas samudera, pameran ini pertama kali ditampilkan dengan tema “Transoceanic Disclosures: Weaving Architectural Histories”. Pameran tersebut diadakan di berbagai lokasi, termasuk Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Mall Jakarta, serta di Belanda. Pameran ini adalah bagian dari upaya untuk menampilkan kontribusi perempuan dalam sejarah arsitektur Indonesia yang sebelumnya kurang terdokumentasi.

Kolaborasi ini juga didukung oleh sejumlah institusi seperti Hogeschool Rotterdam dan Rotterdamse Academie Voor Beeldende Kunsten, serta didanai oleh Cendoren Rotterdamse NL melalui skema Support Open Call Hidden Histories. Selain itu, Kedutaan Besar Belanda juga berperan dalam mempertemukan para peneliti dari Indonesia dan Belanda, untuk bersama-sama mengembangkan penelitian dan pameran ini.

Dalam pameran ini, nama-nama seperti Kharezat Adanan, Dr. Ing. Erika Yuni Astuti, S.T, M.T. (SAPPK ITB), Lynne Aryehanow, Ruthie Lee, Fitti Misarya, Maria Neera Fernandes, dan Lindel Taminan berperan penting sebagai peneliti. Mereka bersama-sama menyusun materi pameran yang mengungkapkan cerita-cerita perempuan arsitek yang menjadi pelopor dalam bidang arsitektur di Indonesia. Dukungan dari berbagai universitas di Indonesia dan Belanda, serta kolaborasi dengan para peneliti dan seniman lintas disiplin, menjadikan pameran ini sebagai bagian penting dari dokumentasi sejarah arsitektur perempuan di Indonesia.

 

Berita terkait:

archinesia.com: Pameran “Transoceanic Disclose: Weaving Architectural [Her]stories,” Menyingkap Kiprah Arsitek Perempuan di Indonesia

sappk.itb.ac.id: Transoceanic Disclose (Her) Stories

129

dilihat