Sistem Fotonik Batik
Nama Peneliti (Ketua Tim)

Eko Mursito Budi



Ringkasan Kegiatan

Batik adalah salah satu tradisi Indonesia yang dengan penuh cipta rasa membuat kain menjadi bercorak indah, dan dapat dijadikan busana kelas atas sekaligus mencerminkan budaya adi luhung. Proses pembuatan batik dimulai dengan memberi corak pada kain dengan malam (sejenis lilin). Selanjutnya kain direndam dalam larutan kimia pewarna, dijemur selama beberapa menit untuk mengaktivasi pewarna tersebut, lalu direndam di larutan asam sehingga warna akan muncul pada bagian kain yang tak tertutup malam. Kain kemudian dijemur lagi agar kering dan warnanya jadi. Terakhir, malam akan dilarutkan kembali dengan air panas, sehingga corak batik akan muncul. Pada proses pembuatan batik tersebut, matahari memiliki dua peran penting sebagai aktivator warna dan pengering. Tahap aktivasi warna sebenarnya tidak membutuhkan waktu lama, namun sinar matahari harus benar-benar terik agar reaksi kimia berlangsung sempurna dan terjadi warna yang cemerlang. Sebaliknya tahap pengeringan membutuhkan panas matahari untuk menguapkan air, sehingga bisa berlangsung lama. Di Indonesia, ketersediaan sinar matahari sangat terpengaruh oleh musim. Pada musim kemarau, sinar matahari sangat berlimpah. Sayangnya ada musim hujan dimana kesempatan mendapat sinar matahari yang terik maupun lama sangat langka. Selama 3-4 bulan musim hujan itu, proses produksi batik melambat hingga setengah kapasitas dan hanya berani membuat warna-warna tertentu yang tak terlalu perlu teriknya matahari. Bekerja sama dengan batik Komar, peneliti telah melakukan ujicoba menggunakan LED-UV sebagai pengganti sinar matahari untuk aktivator warna. Hasil percobaan ternyata cukup sukses, sehingga secara teknologi sangat dimungkinkan untuk membuat alat aktivator warna batik, yang kami beri nama sistem fotonik batik. Alat ini cukup sederhana, hanya berupa sebuah panel LED-UV yang dikontrol sedemikian rupa agar dapat menyinari kain batik dengan lama dan intensitas tertentu, sesuai dengan zat pewarnanya. Dengan alat ini, para pengrajin kini tak tergantung pada ketersediaan matahari lagi. Setelah dihitung, adanya alat ini dapat menambah waktu produksi hingga 3000 jam/tahun, dan akan meningkatkan omset produksi hingga 1,5 Milyar/tahun. Melihat potensinya, setiap produk alat ini dapat dijual dengan harga sekitar Rp 80 juta, sehingga kembali modal dapat dicapai dalam 14 bulan saja. Pangsa pasar alat ini terbuka untuk sekitar 500 produsen batik se Nusantara.



Capaian