Penyebaran Hewan di Bumi pada Zaman Pleitosen

Penyebaran hewan atau fauna di muka bumi dengan cara bermigrasi merupakan salah satu tanda kekuasaan Allah dan migrasi ini merupakan tanda sujud mereka kepada Sang Pencipta (Al Baqarah 2:164, Al Jaatsiyah 45:4, An Nahl 16:49).

Migrasi fauna pernah terjadi di zaman Plestosen. Tetapi, bagaimana fauna tersebut bermigrasi, apakah dengan berjalan atau berenang? Para ilmuwan mengajukan tiga hipotesis yaitu melalui jembatan daratan (landbridge), jalur untung-untungan (sweepstakes route) atau berenang (island hopping). Dari ketiga hipotesis tersebut, jembatan darat adalah yang paling banyak disepakati mereka karena berkaitan dengan fluktuasi muka air laut atau peristiwa tektonik.

Jembatan Darat (landbridge)

Diduga, pada awal Pleistosen sekitar 1800-780 ribu tahun lalu telah terjadi migrasi fauna melalui jembatan darat dari daratan Asia ke kepulauan Indonesia. Jalur migrasi tersebut dikenal dengan nama jalur Siva-Malayan. Kemudian pada akhir zaman Pleistosen sekitar 130-11 ribu tahun yang lalu terjadi lagi migrasi fauna dan jalur migrasi tersebut dikenal dengan nama jalur Sino-Malayan.

Jalur Siva-Malayan

Fosil-fosil fauna yang bermigrasi melalui jalur Siva-Malayan ditemukan pada Formasi Pucangan dan Kabuh yang berumur Plestosen Awal di Sangiran, Jawa Tengah. Salah satu hewan yang bermigrasi melalui jalur Siva-Malayan adalah badak. Saat ini populasi badak hanya terdapat di Ujung Kulon (Jawa Barat), namun pada masa Plestosen persebarannya meluas dari semenanjung, pulau Sumatera hingga pulau Jawa. Contoh lain adalah gajah. Penyebaran gajah dimulai dari zaman Miosen hingga Plestosen, dari Afrika hingga Amerika.

Jalur Sino-Malayan & Orangutan

Salah satu hewan yang diduga menyebar melalui jalur Sino-Malaya adalah orangutan (pongo). Orangutan pertama kali dideskripsikan pada awal abad ketujuh belas oleh dua orang dari Belanda yaitu Jacob de Bondt dan Nicholaas Tulp. Kemudian, Carl von Linné memberi nama taksonomi sebagai Simia satyrus. Namun, pada tahun 1927 nama taksonomi ini dirubah menjadi Pongo pygmaeus oleh International Commission on Zoological Nomenclature.

Orangutan serta simpanse dan gorila berada dalam keluarga yang sama sehingga disebut pongidae (pongid). Mereka sering disebut sebagai hominoid kera berbadan besar. Namun, di antara mereka orangutan memiliki ukuran tubuh dan ukuran gigi terbesar.

Sekarang, orangutan hanya terdapat di kawasan hutan tropis di kepulauan Asia Tenggara. Genus ini diwakili oleh dua spesies yaitu P.pygmaeus abelii yang ada di pulau Sumatera, dan P.pygmaeus pygmaeus di Kalimantan. Sedangkan simpanse dan gorilla hanya terdapat di Afrika.

Tetapi di zaman Plestosen, keberadaan orangutan tidak terbatas di Asia Tenggara saja. Jejak mereka yang berupa fosil tulang dan gigi tersebar di Asia daratan. Fosil gigi orangutan berumur Pleistosen Awal hingga Akhir banyak terdapat di Cina Selatan. Di kawasan Indo-Cina, fosil mereka yang berumur Plestosen Tengah hingga Akhir terdapat di Thailand, Laos, Vietnam, Kamboja dan di Semenanjung Malaysia. Sebaliknya jejak fosil simpanse dan gorilla sangat jarang ditemukan baik itu di Afrika maupun di Asia Selatan.

Fosil orangutan dari Sumatera yang sebagian besar terdiri dari ratusan gigi ditemukan di tiga gua di Sumatera Barat, yakni Lida Ajer, Sibrambang, dan Djamboe. Secara taksonomi, Hooijer (1948) menamakannya sebagai Pongo pygmaeus palaeosumatrensis. Umur mereka diperkirakan sekitar 30-40 ribu tahun yang lalu.

Baru-baru ini fosil orangutan yang lebih tua ditemukan di pulau Jawa. Ada 3 lokasi dimana fosil orangutan ditemukan yaitu Trinil, Punung dan Sangiran. Di Trinil (Jawa Timur) dan Sangiran (Jawa Tengah) ditemukan fosil orangutan yang berumur Plestosen Bawah-Tengah. Fosil orangutan dari Trinil diwakili oleh dua gigi geraham dari Formasi Kabuh. Namun, masih diperdebatkan apakah kedua gigi geraham tersebut milik orangutan atau Homo erectus. Fosil orangutan dari Sangiran ditemukan dari bagian bawah Formasi Kabuh. Fosil orangutan yang ditemukan di Punung (Jawa Timur) berumur lebih muda yaitu Plestosen Tengah-Akhir.

Leluhur Orangutan

Ada dua versi mengenai taksonomi kera besar, yaitu A: simpanse, gorila dan orangutan berada dalam satu famili yaitu Pongidae, sedangkan pada versi B subfamili Ponginae dipisahkan dari simpanse dan gorila yang menjadi anggotanya (sub- keluarga) Hominina.

Orangutan adalah hewan arboreal yang hidup di hutan hujan tropis. Oleh karena itu, dalam rekonstruksi paleontologi atau arkeologi, kehadiran fosil orangutan digunakan sebagai indikator keberadaan habitat hutan hujan tropis termasuk, misalnya, 'lingkungan hutan yang sedikit terbuka'.

Salah satu pertanyaan yang sering ditanyakan adalah siapa leluhur atau nenek moyang orangutan dan dimana mereka tinggal? Walapun hal ini masih terus menjadi bahan perdebatan dikalangan para ahli, ada yang menduga bahwa leluhurnya adalah Palaeosimia dari Siwalik (Pakistan) yang hidup pada zaman Plestosen Awal. Fosil Palaeosimia ini berupa gigi geraham (molar) ketiga yang sekarang disimpan di Indian Museum, Calcuta. Pendapat lainnya memperkirakan bahwa leluhur mereka hidup pada zaman Miosen di Cina Selatan, Thailand atau Pakistan, yaitu Lufengpithecus, Sivapithecus atau Khoratpithecus piriyai.

Sekarang, ada dua jenis gajah di dunia yaitu Loxodonta africana (di Afrika) dan Elephas indicus (di India, Vietnam, Thailand, Sumatera & Kalimantan). Apa penyebab munculnya kedua jenis gajah ini, masih menjadi misteri bagi kita. Yang juga menarik adalah terdapat dua jenis gajah pada masa Plestosen, yaitu mammoth dan stegodon (yang fosilnya ditemukan di Indonesia). Mereka sudah punah sekarang.

Bagaimana orangutan bermigrasi di bumi ini masih menjadi misteri. Orangutan adalah hewan yang hidup di hutan tropis. Mereka adalah makhluk arboreal (lebih banyak hidup di pohon) bukan makhluk darat (terrestrial) seperti simpanse. Kemudian, berdasarkan temuan fosil orangutan tertua di Sangiran, migrasi orangutan melalui jalur Sino-Malayan, dari utara ke selatan, perlu dikaji ulang. Apakah ada kemungkinan penyebaran orangutan di kepulauan Asia Tenggara melalui jalur Siva-Malayan?

2560

views